Review Battlefield 1
What is it? : Game bergenre FPS bersetting pada Perang Dunia Pertama
Pengembang : Digital Illusions CE
Penerbit : Electronic Arts
Platform : Microsoft Windows (Steam), PlayStation 4, Xbox One
Hardware lab : Core i7 3770, 16GB RAM, GeForce GTX 660 Ti, GeForce GTX 1050
Harga : Rp.600,000
Battlefield 1 membuktikan terkadang kita harus melihat kebelakang untuk dapat maju kedepan
Sejak tahun 2010, EA dan DICE sang pengembang battlefield selalu membuat game baru mereka dengan fokus multiplayer berskala besar dan juga mengadopsi fitur game kompetitor seperti Call of Duty. Dengan Battlfield: Bad Company 2, Battlefield 3 dan 4 serial ini menimang berbagai fitur dan juga sistem unlock dari kompetitor. Dan belakangan ini seiring dengan rilis console generasi baru, DICE masih mencari keseimbangan antara kehancuran map pada Frostbite engine dengan map yang luas serta jumlah pemain yang banyak pada satu server yang menjadi ciri khas Battlefield.
Maka untuk game terbaru mereka, DICE menggunakan waktu mereka dengan baik dan membawa serial tersebut ke rentang waktu sejarah yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, Perang Dunia Pertama. Dan dengan keputusan yang berani tersebut, Battlefield tidak hanya menemukan jati dirinya yang hilang, namun juga cerita yang patut untuk diceritakan.
Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, saya sangat excited sekali untuk memainkan single player dari Battlefield. Cerita dari Battlefield 1 mengambil kembali elemen yang sebelumnya mereka tidak pernah dapatkan, dan hasilnya adalah single player yang tidak membosankan dan terlihat seperti DICE tidak memiliki ide baru.
Battlefield 1 dengan cara yang sangat unik melenceng dari kebiasaan cerita single player yang hanya berfokus kepada satu orang, yang terkesan basi dan tidak berkesan. Mereka membawa storytelling pada sebuah game kelevel berikutnya dengan membuat game dengan naratif yang sangat baik yang menceritakan berbagai kisah para lelaki dan juga perempuan yang berjuang pada Perang Dunia Pertaa.
Cerita dalam game ditulis dengan sangat baik dan juga memiliki tona yang berbeda pada setiap cerita. Beberapa karakter hanya berusaha untuk bertahan hidup, yang lain nya berusaha membalas dendam, dan yang lain berperan sebagai pasukan pemberontak melawan kerajaan yang berkuasa. Dan dalam cerita tersebut banyak point point heroik yang menghangatkan diri, karena Battlefield 1 adalah game yang sebagian besar bertona gelap dalam ceritanya.
Battlfield 1 juga mendisplay berbagai sisi Perang Dunia Pertama yang sangat gelap dengan mayat yang berceceran. Walaupun cerita dalam game mengikuti berbagai tona, namun Battlefield 1 menangkap sebagian besar teror dan keputusasaan yang tersebar dalam penderitaan perang. Prolog dari Battlefield 1 sangat menunjukan hal tersebut dimana kedua serdadu yang berlawanan akhirnya lelah dengan semua yang mereka hadapi, dan menurunkan senjata mereka setelah menyadari kehancuran total yang terjadi di sekitar mereka.
Pada gameplay sendiri Battlefield 1 juga agak melenceng dari hal biasa yang menunjukan perang total dengan penembakan membabi buta. DICE dengan jelas menginginkan para player bermain dengan cara yang pintar. Lingkungan perang juga memaksa kita untuk menyelinap di lini depan musuh dikarenakan kamu seringkali kalah jumlah. Pada chapter pertama dan kedua menempatkan kamu sebagai prajurit yang seringkali seorang diri melewati lini pertahanan musuh yang seringkali dihujani tembakan senapan mesin dan juga roket mortar.
Mekanisme menyelinap di game ini juga bukanlah sesuatu yang ditambahkan pada menit terakhir. Mekanisme tersebut juga telah terlihat pada Battlefield Hardline dan dikembangkan lagi untuk Battlefield 1. Penyelinapan juga harus digunakan sebab lahan peperangan seringkali terjadi di daerah dengan banyak lapangan terbuka, sehingga konflik tembak menembak dengan jumlah yang kalah jauh bukanlah opsi yang ideal.
Fitur yang diimplementasikan pada Battlefield 1 tidak hanya terjadi pada stealth. Single player dari Battlefield 1 juga memberikan banyak fitur dan juga mode yang terkadang banyak game hanya mengimplementasikannya dengan setengah hati atau asal ada. Kamu bisa bermain sebagai pengendali tank, dan juga pilot pesawat tempur. Sebagai prajurit tangguh italia ataupun juga pengendara kuda dari region arab. Saya sama sekali tidak pernah sekalipun merasakan bosan, karena single player dari Battlefield 1 sangat terasa fresh dan menyenangkan. Saat melakukan review Battlefield 1 ini saya berani bilang bahwa saya tidak pernah merasakan fun dari bermain game FPS seseru ini selama bertahun tahun.
Untuk grafis sendiri Battlefield 1 memiliki tampilan terbaik dalam serial Battlefield. Semua aspek grafis dari mulai model senjata, api, ledakan, dan lingkungan sekitar sangatlah garing. Dan untuk ukuran grafis yang sangat impresif, Battlefield 1 masih sangat akrab dengan kartu grafis yang tergolong sudah tua. Dengan GeForce GTX 660Ti yang saya miliki, saya mendapatkan sekitar 70-80 FPS pada settingan medium to high dengan 2xMSAA pada review Battlefield 1. Untuk CPU sendiri saya menggunakan Core i7 3770K yang dioverclock hingga 4.2GHz, dengan clockspeed setinggi itu Battlefield 1 masih menguras CPU usage hingga 50-60%, sehingga disarankan untuk menggunakan CPU minimal quadcore untuk bermain Battlefield 1.
Untuk ukuran game sendiri adalah 40GB untuk download. Namun EA mengimplementasikan solusi yang sangat pintar untuk Battlefield 1. Kamu hanya perlu mendownload sekitar 33% dari total download untuk dapat memainkannya. Dan pada saat bermain single player campaign origin akan tetap mendownload sisa dari Battlefield 1, sehingga kamu dapat bermain sembari mendownload. Berubung lab pemmzchannel memiliki internet yang cukup cepat (hehe) maka saat melakukan review Battlefield 1 saya hanya perlu mendownload sekitar 13GB dan langsung bermain single player hingga selesai tanpa terganggu.
Kualitas suara sendiri juga tidak kalah baiknya, sountrack pada setiap mood sangat pas untuk menangkap feeling dari game dan juga cerita yang sedang dipertontonkan. Suara dari ledakan juga senjata sangatlah jelas dan impresif. Begitupun dengan dentuman ledakan dari jauh maupun dekat, suara dari peperangan udara juga sangat nyaring.
Untuk akhir kata, DICE melakukan langkah yang sangat berani untuk mengembalikan kejaan Battlefield. Cerita yang sangat membekas dengan gameplay yang tidak kalah baiknya membuat Battlefield 1 adalah kandidat Game of The Year menurut pemmzchannel.
Sekian review Battlefield 1, berikan pendapat kamu kamu di kolom komentar dibawah. Oh iya Battlefield 1 bisa kamu dapatkan dengan harga 62 dollar singapura atau sekitar 600.000 di Origin Store, ataupun kamu pemain PlayStation 4 ataupun Xbox One kamu juga bisa dapat menikmati Battlefield 1.
Comments 1