Penyimpanan internal pada kebanyakan merk laptop kini sudah berkembang sedemikian rupa. Di pasaran kita bisa menjumpai ragam merk yang menawarkan dua jenis penyimpanan internal: HDD dan SSD.
Di sisi SSD, orang bisa menemukannya dengan mudah di dalam ASUS Zenbook atau di dalam merk yang tidak terlalu populer seperti AORUS X7 Pro. Walau merk laptop yang mengaplikasikan penggunaan SSD tampak belum begitu banyak, namun jenis yang satu ini sedang naik popularitasnya.
Dulu kala, penyimpanan internal tipe SSD hanya digunakan di tipe perangkat seperti Ultrabook. Hanya saja kondisinya berbeda. Akan tetapi tentu saja perbedaan antara HDD dan SSD menjadi satu hal yang harus diperhatikan. Apa saja hal-hal yang membedakan keduanya?
#1 Bagaimana data disimpan
Perbedaan pertama yang bisa dikenali dengan jelas dari HDD dan SSD adalah bagaimana data disimpan di dalam cakram masing-masing. HDD pada dasarnya adalah sebuah plat logam dengan lapisan magnetik di atasnya. Nah, lapisan itulah yang kemudian bertugas untuk menyimpan data-data penting di dalam perangkat komputer maupun laptop. Ketika HDD dalam keadaan aktif, plat berputar sedemikian rupa guna membaca bagaimana data digunakan.
Fungsi SSD kurang lebih serupa dengan HDD. Keduanya sama-sama bertugas menyimpan data. Yang membedakan hanya satu: bila HDD biasa menggunakan lapisan magnetik sebagai lokasi penyimpanan data, SSD menggunakan chip flash memory yang terus saling terkoneksi walaupun SSD dalam kondisi tidak aktif. Chip tersebut bisa saja ter-install permanen di atas motherboard atau pada PCI/PCIe card, maupun pada sebuah kotak yang dibentuk dan disambungkan pada penyimpanan laptop/komputer. Sistem kerja SSD cenderung mirip flash disk, walaupun chipnya tentu saja memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan USB flash disk biasa.
#2 Form Factor
Tipe sepetri HDD memiliki sejarahnya sendiri, dan juga sudah berkembang sedemikian rupa sampai akhirnya hadir dengan berbagai macam form factor. Di awal 1980-an, sebuah PC desktop memiliki HDD dengan form factor 5.25 -inch. Form factor 3.5-inch (pada PC) dan 2.5-inch (pada notebook) hadir belakangan. Kabel konektor HDD pun berevolusi dari Serial ke IDE ke SCSI ke SATA. Sekarang form factor 2.5 dan 3.5-inch menggunakan konektor SATA sering digunakan pada kebanyakan produk Mac dan PC.
Standardidasi form factor justru terjadi pada sejarah SSD, dimana hari ini kebanyakan perangkat PC maupun laptop yang menggunakan SSD memilik form factor 2.5-inch. SSD 2.5-inch saat ini mampu mencapai kapasitas 4TB.
#3 Keberadaan noise
Bahkan HDD paling lirih akan mengeluarkan sedikit noise ketika digunakan. Ini terjadi karena sistem keseluruhan yang menggunakan logam. Semakin kencang HDD, maka akan semakin banyak noise yang dihasilkan. Sementara itu tipe SSD secara virtual tidak menghasilkan noise sama sekali, sebab tipe yang satu ini adalah penyimpanan internal non-mekanik.
#4 Kecepatan
Ini adalah bagian di mana SSD bersinar lebih terang dibandingkan HDD. Sebuah PC dengan SSD memiliki waktu boot yang lebih cepat dibandingkan PC yang memakai HDD. Laptop dengan SSD akan masuk ke dalam sistem operasi dalam hitungan detik, sementara HDD membutuhkan waktu dalam hitungan menit. Dengan demikian, HDD berjalan lebih lambat dibandingkan SSD. Waktu adalah yang membedakan keduanya dengan jelas.
#5 Kapasitas
Kebanyakan SSD hanya sanggup mencapai kapasitas maksimum sebesar 4TB, dan kebanyakan dari mereka harus ditebus dengan harga mahal. Lagipula, produk SSD masih jarang dijual dibandingkan dengan HDD. Sebuah HDD berkapasitas 500GB menjadi standar PC/laptop zaman sekarang. Dalam irama yang sama, SSD berkapasitas 128GB menjadi angka penyimpanan paling kecil yang bisa kita temukan sekarang. Mana yang mampu menyimpan lebih banyak, di era dimana orang kerap kali menyimpan lebih banyak video, musik, dan foto di dalam PC/laptop mereka?
Comments 1