What is it? : Game bergenre RTS klasik dengan ribuan unit
Pengembang : Oxide
Penerbit : Stardock
Platform : Microsoft Windows (Steam)
Hardware lab : Core i7 5820K, 32GB DDR4 3000, Radeon RX 480
Harga : Rp.270,000
Pertama kali pemmzchannel melihat Ashes of the Singularity adalah dari benchmark yang dilakukan AMD, dan frankly kita tidak tahu apapun tentang game ini. Namun kebetulan saat AMD mengirimkan kita Radeon RX 480 untuk dilakukan review, mereka juga memberikan Ashes of the Singularity untuk menjadi salah satu game benchmark dari Radeon RX 480. Karena pemmzchannel tidak mau melewatkan kesempatan dan kebetulan admin Garry adalah seorang sucker terhadap game game strategy, so naturally kita langsung mereview game sembari mengetes Radeon RX 480 yang reviewnya sudah dipublish terlebih dahulu. So, without further ado, berikut review Ashes of the Singularity.
Pertama kali pemmzchannel membuka Ashes of the Singularity, kita betul betul buta akan game ini karena tidak adanya promosi dimanapun, dan kebetulan kita juga agak sibuk dengan Computex, Manila Major, dan… Ehem, Overwatch. Pada awalnya niat pemmzchannel hanyalah melakukan benchmark Radeon RX 480 dengan game ini. Namun ternyata setelah benchmark dimulai, Garry langsung tersedot karena dia adalah seorang maniak genre strategy, dan benchmark langsung berubah menjadi review.
Ashes of the Singularity langsung mengingatkan bagaimana harusnya game yang bergenre strategy terlihat. Peperangan yang melibatkan ratusan hingga ribuan unit sekaligus. Berbagai game strategy lain seperti StarCraft, Company of Heroes, Age of Empires, dan lain nya lebih mengedepankan strategi taktik dibandingkan skala pertempuran yang besar. Game strategy yang hanya mengandalkan skala besar memang sejujurnya tidak memiliki banyak sukses belakangan ini, namun Ashes of the Singularity cukup baik dalam menangkap skala besarnya.
Seseorang yang hanya memainkan single player dari Ashes of the Singularity akan benar benar kecewa dan berfikir game ini tidak memiliki banyak strategi yang dalam. Terdapat delapan misi utama dan tiga misi opsional pada mode single player. Campaign single player menceritakan tentang masa depan dimana ras manusia yang berperang melawan super komputer yang mengendalikan robot bernama The Substrate. Karakter dari Ashes of the Singularity tidak terlalu remarkable dan cerita terkesan straightforward, berbagai misi pun tidak banyak menantang hingga misi misi terakhir.
Ashes of the Singularity lebih bersinar pada mode multiplayernya. Melawan player lain dapat mengubah game yang tadinya kita fikir tidak memiliki banyak kedalaman langsung berubah menjadi game yang membutuhkan strategi yang matang. Kedua ras yang disebutkan diatas tidak terlalu berbeda, maka mode multiplayer akan terasa adil. Pertempuran lebih dimenangkan pada level strategi hingga taktik. Ada kalanya beberapa game sudah terlihat hasil nya bahkan jauh sebelum markas hancur. Berhubung kita lebih terbiasa dengan game yang membutuhkan APM tinggi seperti StarCraft maka kita bermain dengan cara tesebut. Namun ternyata Ashes of the Singularity lebih membutuhkan taktik, sehingga cara main tersebut tidak memberikan keunggulan lebih kepada player.
Ashes of the Singularity mengedepankan pertempuran kolosal dengan skala yang tidak terfikirkan sama sekali. Biasanya game strategi memiliki population cap atau batas seberapa banyak unit pasukan yang dapat kita bangun. Dalam permainan yang dilakukan saat review tidak jarang kita telah membangun pasukan hingga 3000 unit lebih dan itupun masih belum ada tanda tanda akan mencapai batas. Meskipun dengan banyak unit, pada saat melakukan review Ashes of the Singularity pemmzchannel tidak mengalami lag sama sekali pada test bench kita yang menggunakan Core i7 5820K, 32GB DDR RAM, dan Radeon RX 480. Oxide mengatakan hal tersebut dimungkinkan berkat DirectX 12 yang memanfaatkan CPU untuk bekerja lebih efisien dengan GPU, impresif memang.
Untuk grafis sendiri, Ashes of the Singularity mengolah grafis dengan baik dengan berbagai lightning berbagai serangan laser, misil maupun petir dengan impresif. Mengingat betapa banyak nya unit yang bisa diluncurkan maka Asher of the Singularity mempertontonkan grafis yang spektakuler. Radeon RX 480 yang sedang dalam proses review tersebut juga tidak mengalami kesusahan dalam menjalankan efek tersebut. Namun sayang nya lingkungan dari map ingame sangatlah bland dan tidak banyak variasi.
Akhir kata pada review Ashes of the Singularity memberikan feel pada genre RTS yang telah lama hilang dengan skala pertempuran yang sangat besar. Walaupun single player terasa dangkat dan tidak memiliki variasi, multiplayer mengubah segalanya dan memaksa para player untuk memutar otak dan bergerak cepat. Sebagai pecinta game strategy sejak usia kecil maka pemmzchannel bisa mengatakan, Bravo, Oxide.