Sebelumnya tim Pemmz mohon maaf atas lamanya review Razer Edge Pro ini naik ke blog. Faktor utama tentu saja mencari produk pembanding yang sepadan. Sampai akhirnya kita putuskan untuk menonjolkan sisi lain dari penggunaan tablet berbasis Windows untuk aktifitas gaming. Seperti kita tahu, bermain game memang paling membuat kita lupa waktu, bahkan saat menempuh perjalanan dari satu tempat ke tempat lain seringkali gelisah dan ingin cepat kembali ke rumah untuk menyelesaikan episode game yang tertunda, benar?.
Makin banyaknya pilihan mobile gaming saat ini, mulai dari portable konsol, smartphone, hingga komputer tablet, membuat aktifitas gaming semakin modular. Sayangnya hal tersebut jadi tidak terkonsentrasi lagi. Maksudnya, tiap-tiap publisher game saat ini masih membedakan berdasarkan platform portable mobile gaming. Misalnya, game Assassins Creed, tiap platform berbeda judul dan alur permainannya. Andai saja penyedia jasa seperti Steam mampu mengkordinasi setiap game (original tentunya) yang di miliki oleh seseorang agar bisa di lanjutkan pada platform yang berbeda, minimal, akan mengurangi kegalauan para gamer saat menikmati perjalanan.
<
Compact Mobile Gaming PC – Plus – Minus
Katakanlah suatu saat nanti, sebuah perusahaan seperti Steam mampu mengkordinir account game lintas platform. Selanjutnya tinggal membunuh ego kita masing-masing dengan melupakan kualitas yang di suguhkan masing-masing platform. Pastinya, pengguna PC akan menyumpah habis-habisan saat meneruskan episode yang tertunda di PC dengan beralih ke tablet misalnya. Apalagi scene yang akan di tempuh membutuhkan konsentrasi tinggi dan perlu bantuan detail obyek yang mumpuni. Jadilah sampai di tujuan tak kunjung selesai scene yang di inginkan.
Mungkin hingga saat ini, belum memungkinkan untuk membawa sebuah GPU Gaming ke sebuah tablet yang notabene tak akan mampu mensuplai daya yang besar, diluar terbatasnya ruang dalam barebone. Tapi teknologi semakin berkembang, tak mustahil jika beberapa tahun kedepan, gadget seperti tablet mampu menjalankan sebuah game 3D dengan preset dan resolusi “rata kanan”. Tinggal menguji seberapa kuat mata anda bertahan dengan dpi yang sangat kecil dan rapat ;D.
Razer Edge Pro
Kenapa di awal Pemmz bilang kesulitan mencari produk pembanding? Seperti pemmZHolics ketahui, komputer tablet dengan spesifikasi gaming berbasis microsoft windows yang notabene di dukung oleh paling banyak developer game bisa di hitung jari tangan kanan. Kehadiran Razer Edge Pro tak lantas membuat produsen komputer besar ikut memproduksi produk sejenis. Alasannya tentu segmentasi pasar yang secuil. Disini Razer patut mendapat 4 jempol atas keberanian nya membuka sebuah market baru. Walaupun banyak sekali “cibiran” yang yang harus di telan Razer atas performa yang jauh dari harga banderolnya.
Selain performa yang kurang “greget”, beberapa malfunction juga sering kali di temukan selama tim melakukan review. Terutama saat Edge mencapai suhu tertentu dan sedang dalam posisi in-game. Yang paling sering, Razer Edge Pro ini seringkali sulit “di bangunkan” dari posisi stand-by, padahal hal ini cukup crusial jika sewaktu-waktu kita ingin melanjutkan game dalam waktu singkat. FYI, semua seri Edge membekal SSD. Tak bisa di bayangkan jika berkompromi dengan HDD.
Design
Untuk ukuran tablet berbasis x64 dengan OS windows, dimensi Razer Edge Pro terbilang compact jika di banding netbook kebanyakan. LCD 10.1″-nya sepintas mendapat bingkai yang tebal. Hal ini tentu akibat design barebone yang harus melebar ke samping dan ke atas. Seluruh permukaan casing di buat dove untuk mengurangi kemungkinan slip saat di pegang, hanya bagian lcd dan panel lcd saja yang di buat silky.
Di bagian panel LCD hanya terdapat satu tombol windows khas tablet bersistem operasi windows 8. Di bagian atas LCD, terdapat camera beresolusi 2MP dan stereo mic yang bisa di manfaatkan untuk video calling. Edge juga sudah di bekali ambient sensor untuk membuat brightness turun naik secara otomatis sesuai kondisi cahaya di lingkungan sekitar.
Penempatan port dan tombol semua di letakan di bagian atas dan bawah. Hal ini guna mendukung penggunaan accessories kontroler dan menghindari salah pencet saat di gunakan telanjang. Pada deretan atas terdapat tombol power, shortcut on-screen keyboard, tombol pengunci rotasi lcd, tombol volume audio juga audio out jack di sebelah satu-satunya port USB 3.0 berwarna hijau khas Razer.
Docking port adalah yang paling menonjol pada bagian bawah. Di sebelahnya, terdapat dua lubang yang berfungsi mengunci sang tablet saat di tancapkan pada docking keyboard maupun game kontroler. Di ujung kiri-kanan sebelah bawah, terdapat dua buah lubang speaker yang menandakan tablet ini sudah di bekali stereo sound system.
Adaptasi
Saat ini, bermain game HD di tablet Android juga sedang trend, nah Razer Edge Pro datang dengan accessories yang menjadikannya bertransformasi layaknya konsol. Untuk anda yang sudah terbiasa menggunakan joy stick / USB kontroler saat bermain game di komputer, pasti akan sangat terbantu dengan accessories ini. Walau penempatan tombol mirip sekali dengan kontroler USB yang banyak beredar di pasaran (mirip milik Play Station 2), namun tetap saja butuh beberapa saat untuk beradaptasi hingga sama sekali menyatu saat bermain game. Ini satu keunggulan yang masih sulit di tandingi tablet android walaupun beberapa accessories kontroler mulai di tawarkan. Seperti kita tahu, kontroler-kontroler untuk device android masih banyak yang membawa bug.
Begitu bertransformasi menjadi notebook, worlstation yang cukup mungil dengan design keyboard chiclet sama sekali tak menyulitkan proses mengetik. Absennya touchpad bisa di maklumi mengingat dimensi yang fit dengan ukuran LCD, USB mouse lebih disarankan saat posisi ini. Dari sisi kepraktisan, nilainya tak terlalu baik. Perlu langkah-langkah disassembly sedikit hingga Edge bisa di masukan dalam tas.
Specification
Razer merilis dua seri untuk Razer Edge, Razer Edge dengan core i5 plus SSD 128GB dan Razer Edge Pro dengan i7 dan SSD 256GB. Spesifikasi detail unit yang kami uji adalah sebagai berikut :
Intel ULV & Geforce LE Edition
Jikalau bukan karena mengejar dimensi barebone yang minim, pihak Razer pasti tak sudi membenamkan versi Ultra Low Voltage pada gadget mereka. Sebagai vendor yang mengkhususkan diri sebagai produsen gandget dan peripheral gaming, CPU dan GPU dari kasta Low Voltage bukan solusi untuk sebuah performa gaming. Clock speed yang rendah membuatnya “agak susah” di ajak berlari. Hal ini yang menyebabkan terkadang resume time Edge Pro mengecewakan.
HD LCD
Jika pemmZHolics sudah melihat review MSI Slider S20, dari sisi panel LCD razer cukup tertinggal. dengan beda 1″ lebih besar pada ukuran panel LCD, MSI Slider mampu membentangkan layar Full-HD. Tapi mari kita lihat dari sisi performa sang GPU, game apapun akan tak maksimal jika di jalankan pada resolusi Full-HD.
Connectivity
Poin ini juga jadi salah satu minus Razer Edge Pro. Untuk “bicara” langsung secara kabel dengan pihak luar, Razer Edge maupun Razer Edge Pro yang kita uji hanya membekal 1 buah port USB. Untungnya, port ini sudah versi 3.0. Dan seperti produk razer lain, tak lagi berwarna biru, tapi hijau. Selebihnya, Razer Edge Pro mengandalkan koneksi wireless untuk hubungan “internasional”-nya. Docking adalah solusi untuk memperluas opsi connectifity, termasuk jika anda ingin mengekspansi tampilan ke media yang lebih besar seperti LCD TV.
Accessories
Performance
Sekali lagi, sebenarnya bukan untuk membandingkan performa sebuah platform ULV dengan platform standar mobile. Namun hasil pengujian yang kami lakukan memang tidak memungkinkan untuk mencari lawan sepadan dari Razer Edge Pro. Kali ini, tim pemmz akan memberi sebuah tolak ukur sampai sejauh mana hardware yang di usung Razer Edge Pro ini mampu menjadi penunjang kegiatan mobile gaming. Untuk performa CPU, menurut hasil pengujian 3D Mark Vantage, core i7 3517U ini hanya menang tipis sekitar 2.3% dari CPU core i3 2310M generasi Sandy Bridge. Bisa di terima, sebab keduanya sama-sama masih mengadopsi dual core. Sedang untuk GPU, Geforce GT640LE dengan clock 500MHz, lebih lambat sekitar 10% dari saudara sedarahnya Geforce GT640M dengan clock default 624MHz.
Battery Performance
Dengan tambahan sebuah geforce GT640LE, kemampuan battery pada Razer Edge Pro terbilang cukup mumpuni pada benchmark menggunakan battery Eat pro. Jika head to Head dengan MSI slider S20, performa nya hanya selisih tipis. Sebagai info, Slider S20 membekal kapasitas battery sedikit lebih besar. Good jobs Razer.
Conclusion
Memang, secara spesifikasi Razer Edge nomor wahid dan tanpa tanding. Ini membuat paling tidak ada secercah harapan sebuah komputer portable di jejali spesifikasi yang “layak” untuk gaming. Terlepas dari itu, masih banyak PR yang harus di benahi untuk membuat sebuah tablet nyaman melibas game berbasis x86. Tentu dengan janji kualitas gambar yang jauh lebih baik dari portable concole sekalipun. Mampukan tablet gaming windows ini merebut pasar tablet android yang kian meraja? Ayo vendor yang lain, jangan mau kalah ya . . . 🙂
Special Thanks buat bro Alex atas unit yang di perbolehkan untuk pemmz review. Sorry for delayed post . . . :peace: